Sabtu, 18 Januari 2014

Eragon 35



Eragon (Bab 35)
28 November 2013 pukul 20:25
PEMBALASAN RA'ZAC

Tusukan-tusukan samar yang terrasa nyeri membangunkan Eragon. Setiap denyutan aliran darah ke kepalanya membawa arus rasa sakit yang baru. Ia membuka matanya dengan susah payah dan mengernyit; air mata menggenangi matanya saat ia memandang langsung ke lentera yang terang-benderang. Ia mengerjapkan mata dan membuang muka. Sewaktu mencoba duduk, ia menyadari kedua tangannya dalam keadaan terikat di belakang punggungnya.
Ia berpaling dan melihat lengan Brom. Eragon merasa lega melihat mereka berdua diikat menjadi satu. Kenapa begitu? Ia berusaha keras memikirkannya hingga kesadaran itu tiba-tiba melintas dalam benaknya, Mereka tidak akan mengikat orang yang sudah mati! Tapi lalu siapa "mereka" itu? Ia memutar kepala lebih jauh lagi, lantas berhenti saat matanya memandang sepasang sepatu bot hitam di hadapannya yang mungkin sudah sedari tadi berada disana sengaja menunggu dirinya tersadar.
Berlahan Eragon mencoba menengadah menelusuri sosok hitam itu dan “Kau!...”
Eragon menengadah, memandang lurus ke wajah Ra'zac yang berkerudung. Ketakutan menyebar dalam dirinya. Ia berusaha menjangkau kekuatan sihirnya dan hendak mengucapkan kata yang akan membunuh Ra'zac itu, tapi lalu berhenti kebingungan. Ia tidak bisa mengingat kata itu. Dengan frustrasi ia mencoba lagi hanya untuk merasakan kata itu lepas dari cengkeramannya. 
Di atasnya Ra'zac tertawa dingin. "Obatnya bekerja, yesss?
Sepertinya kau tidak akan bisa mengganggu kami lagi, penunggang jalanan!." 
Terdengar suara gemeretak di sebelah kirinya. Eragon tertegun saat melihat Ra'zac kedua memberangus mulut Saphira dengan kasar. Sayap Saphira dijepit di sisi tubuhnya dengan rantai hitam, kakinya diborgol. Eragon mencoba menghubunginya, tapi tidak merasakan apa pun.
"Ia sangat kooperatif begitu kami mengancam akan membunuhmu," desis Ra'zac. Sambil berjongkok di dekat lentera, ia mengaduk-aduk tas Eragon, memeriksa dan membuang berbagai benda didalamnya hingga menemukan Zar'roc. "Benar-benar benda yang cantik untuk orang yang begitu... remeh. Mungkin aku akan menyimpannya." Ia membungkuk lebih dekat dan mencibir, "Atau, mungkin, kalau kau bersikap baik, majikan kami akan mengizinkan kau mengelapnya." Napasnya yang menyeruak basah dan berbau daging busuk semakin membuat Eragon mual.
Lalu ia membalik-balik pedangnya dan mendesis saat melihat simbol di sarungnya. Rekannya bergegas mendekat. Mereka berdiri di atas pedangnya, mendesis dan berdecak. Akhirnya mereka memandang Eragon. "Kau akan mengabdi pada majikan kami dengan sangat baik, yesss."
Eragon memaksa lidahnya yang terasa tebal untuk berbicara: "Kalau itu terjadi, aku akan membunuh kalian."
Mereka tergelak pelan. "Oh, tidak, kami terlalu berharga. Tapi kau... kau bisa dibuang." Terdengar geraman yang dalam dari mulut Saphira yang dibungkam, asap bergulung-gulung dari cuping hidungnya. Ra'zac tampak tidak peduli.
Perhatian mereka teralih sewaktu Brom mengerang dan berguling menyamping. Salah seorang Ra'zac menyambar kemeja Brom dan melemparkannya ke samping tanpa susah payah. "Obatnya mulai berkurang."
"Beri lagi."
"Kita bunuh sssaja mahkluk tua ini!," kata Ra'zac yang lebih pendek. "Ia menyebabkan banyak masalah bagi kita."
Ra'zac yang lebih jangkung mengelus-elus pedangnya dengan jarinya yang aneh. "Rencana yang bagus. Tapi ingat, Raja memerintahkan untuk menangkap mereka hidup-hidup."
"Kita bisssa mengatakan ia terbunuh saat kita beruasaha menangkap mereka dan tewas terbunuh atas perlawanannya."
"Bagaimana dengan yang satu itu?" tanya Ra'zac, menunjukkan pedangnya ke arah Eragon. "Kalau ia buka mulut?" Temannya tertawa dan mencabut sebilah pisau yang tampak mengerikan. "Ia tidak akan berani."
Lama suasana sunyi, lalu, "Ssetuju." Mereka menyeret Brom ke tengah perkemahan dan memaksanya berlutut. Tubuh Brom merosot kesamping. Eragon mengawasi dengan ketakutan yang semakin besar. Saat ini juga Aku harus membebaskan diri!, Brom dalam bahaya!. Ia menarik-narik talinya, tapi talinya terlalu kuat untuk bisa diputuskan dalam keadaan seperti ini tanpa sihir. "Jangan coba-coba," kata Ra'zac yang jangkung, Sambil menyodoknya dengan pedang. Ia mengendus-endus udara, ada yang dirisaukannya.
Ra'zac yang lain menggeram, menyentakkan kepala Brom ke belakang dengan kejam, dan langsung mengayunkan pisaunya ke leher Brom yang terpapar. Tepat pada saat itu terdengar desingan pelan, diikuti lolongan Ra'zac. Sebatang anak panah mencuat dari bahunya. Ra'zac yang terdekat dengan Eragon, bergegas membuang diri ke tanah, nyaris terkena anak panah kedua. Ia bergegas merayap mendekati rekannya yang terluka, dan mereka melotot ke kegelapan, mendesis-desis marah. Mereka tidak berusaha menghentikan Brom yang beranjak bangkit dengan susah payah. "Tiarap!" seru Eragon.
Brom goyah, lalu terhuyung-huyung mendekati Eragon. Sementara lebih banyak anak panah lagi menghujani perkemahan dari para penyerang yang tidak terlihat, Ra'zac bergulingan ke balik batu besar. Sejenak tidak terjadi apa-apa, lalu anak-anak panah berhamburan dari arah berlawanan. Karena tidak menduganya, Ra'zac lamban bereaksi. Mantel mereka tembus di beberapa tempat, dan sebatang anak panah yang patah menancap di lengan salah satu Ra'zac.
Diiringi jeritan liar, Ra'zac yang lebih kecil melarikan diri ke jalan, dengan buas menendang Eragon ke samping saat melintas. Rekannya meraba-raba, lalu menyambar pisau dari tanah dan berlari mengejar temannya. Saat meninggalkan perkemahan, ia melemparkan pisau itu ke Eragon.
Cahaya aneh tiba-tiba berkilau di mata Brom. Ia membuang diri ke depan Eragon, mulutnya terbuka meneriakkan raungan. Pisau menghantam dirinya diiringi bunyi pelan, dan ia mendarat keras pada bahunya. Kepalanya terkulai.
"Tidak!" jerit Eragon, meskipun ia meringkuk kesakitan. Ia mendengar suara langkah kaki, lalu matanya terpejam dan ia tidak mengetahui apa-apa lagi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar