Sabtu, 18 Januari 2014

Eragon 32



Eragon (Bab 32)
28 November 2013 pukul 20:20
TERPEROSOK DI DRAS LEONA

Mereka makan siang di Fasaloft, desa tepi danau yang ramai. Tempat itu sangat memesona, terletak di bukit yang menghadap ke danau. Sewaktu mereka bersantap di ruang umum losmen, Eragon mendengarkan gosip dengan teliti dan merasa lega karena tidak mendengar omongan mengenai dirinya dan Saphira.
Jalan setapaknya, sekarang melebar menjadi jalan biasa, selama dua hari terakhir semakin lama semakin buruk. Roda kereta dan ladam kuda bagai bersekongkol mencabik-cabik tanah, menjadikan banyak bagian jalan tidak bisa dilalui. Peningkatan jumlah pengelana di jalan itu memaksa Saphira bersembunyi di siang hari lalu menyusul Brom dan Eragon di malam hari.
Selama berhari-hari mereka berjalan ke selatan di sepanjang tepi Danau Leona yang luas. Eragon mulai merasa penasaran apakah mereka akan berhasil mengitari danau itu, jadi ia merasa gembira sewaktu mereka bertemu orang yang mengatakan Dras-Leona hanyalah satu hari perjalanan berkuda yang santai di depan mereka.
Eragon terjaga pagi-pagi sekali keesokan harinya. Jemarinya bisa gatal karena bersemangat saat memikirkan akhirnya ia menemukan Ra'zac. Kalian berdua harus berhati-hati kata Saphira. Ra'zac mungkin memiliki mata-mata yang mengawasi pengelana yang sesuai dengan deskripsi kalian.
Kami akan berusaha sebaik-baiknya untuk tidak menarik perhatian, kata Eragon menenangkan Saphira.
Saphira menurunkan kepalanya, mereka beradu pandang. Mungkin, tapi sadarilah bahwa aku tidak bisa melindungi dirimu seperti yang kulakukan terhadap para Urgal. Aku akan terlalu jauh untuk bisa datang membantumu, dan aku tidak akan bertahan lama di jalan-jalan sempit yang disukai jenismu. Ikuti pengarahan Brom dalam perburuan ini ia handal. 
Aku tahu, kata Eragon serius.
Apakah kau akan mengikuti Brom ke kaum Varden? begitu Ra'zac dibunuh, ia pasti ingin membawamu menemui mereka dan karena Galbatorix pasti marah atas kematian Ra'zac, mungkin itu tindakan teraman yang bisa kita lakukan.
Eragon menggosok-gosok lengannya. Aku tidak ingin terus-terusan bertempur melawan Kekaisaran seperti yang dilakukan kaum Varden. Kehidupan lebih daripada sekadar perang tanpa henti. Akan ada waktu untuk mempertimbangkan hal itu. sesudah Ra'zac mati. Jangan terlalu yakin, Saphira memperingatkan, lalu pergi menyembunyikan diri hingga malam tiba.
Jalan dipenuhi para petani yang membawa hasil bumi mereka ke pasar Dras-Leona. Brom dan Eragon terpaksa melambatkan kuda dan menunggu kereta-kereta yang menghalangi jalan.
Sekalipun mereka melihat asap di kejauhan sebelum tengah hari, masih sekitar tiga mil lagi sebelum kotanya terlihat jelas. Tidak seperti Teirm, kota yang terencana, Dras-Leona hanyalah setumpuk kekacauan di samping Danau Leona. Berbagai bangunan kumuh berdiri di jalan-jalan yang meliuk-liuk tak teratur, dan jantung kota dikelilingi dinding kotor, kuning pucat akibat olesan lumpur.
Beberapa mil di sebelah timur, pegunungan yang terdiri atas batu-batu gundul menjulang ke langit dengan ujung-ujung yang seperti menara dan tiang, bagai kapal mimpi buruk raksasa. Sisi-sisi yang nyaris vertikal mencuat dari tanah seperti sepotong tulang bumi bergerigi.
Brom menunjuk, "Itu yang disebut Helgrind. Itulah alasan Dras-Leona dulu didirikan. Orang-orang terpesona pada bongkahan batu itu, walaupun bongkahan batu itu tidak sehat dan jahat." Ia memberi isyarat ke berbagai bangunan di balik dinding kota. "Kita harus ke tengah kota terlebih dulu."
Saat mereka berjalan pelan di jalan ke Dras-Leona, Eragon melihat bangunan tertinggi dalam kota itu adalah katedral
menjulang dari balik dinding-dinding. Katedral itu sangat mirip Helgrind, terutama sewaktu lengkungan dan menara-menaranya tertimpa cahaya. "Siapa yang mereka puja?" tanyanya.
Brom meringis jijik. "Doa mereka ditujukan pada Helgrind. Mereka mempraktikkan agama yang kejam. Mereka meminum darah manusia dan memberi sesaji daging manusia. Pendeta mereka sering cacat fisik karena mereka percaya semakin banyak tulang dan daging yang kauberikan, semakin tipis ikatanmu dengan dunia fana. Mereka menghabiskan banyak waktu untuk memperdebatkan mana di antara ketiga puncak Helgrind yang tertinggi dan terpenting serta apakah puncak keempat yang juga paling rendah harus dimasukkan dalam pemujaan mereka atau tidak." .
"Itu mengerikan," kata Eragon, sambil menggigil.
"Ya," kata Brom muram, "tapi jangan mengatakan itu pada penganutnya. Kau akan segera kehilangan satu tangan sebagai 'hukuman'."
Di gerbang Dras-Leona yang luar biasa besar, mereka membimbing kuda-kuda melewati gerombolan orang yang berjejalan. Sepuluh prajurit ditugaskan di kedua sisi gerbang, mengamati keramaian dengan sikap biasa. Eragon dan Brom masuk ke kota tanpa ada kejadian apa-apa.
Rumah-rumah di balik dinding kota tinggi dan ramping sebagai kompensasi kurangnya ruang. Rumah-rumah yang berada di samping dinding ditopangkan ke sana. Sebagian besar rumah menjorok di atas jalan-jalan yang sempit dan berliku, menutupi langit hingga sulit untuk mengatakan apakah saat itu siang atau malam. Nyaris semua bangunan dibangun dari kayu cokelat kasar yang semakin menggelapkan kota. Udara berbau busuk seperti selokan; jalan-jalannya kotor.
Sekelompok anak kecil yang compang-camping berlari di sela rumah-rumah, berkelahi memperebutkan sepotong roti. Beberapa pengemis cacat berjongkok di samping gerbang utama, meminta uang. Jeritan minta tolong mereka seperti ratapan orang-orang terkutuk. Kami bahkan tidak memperlakukan hewan seperti ini, pikir Eragon, matanya membelalak marah.
"Aku tidak mau tinggal di sini," katanya, tidak suka dengan pemandangan itu.
"Semakin jauh nanti akan semakin baik," kata Brom. Sekarang ini kita perlu menemukan penginapan dan menyusun strategi. Dras-Leona bisa menjadi tempat yang berbahaya bahkan bagi orang yang paling hati-hati. Aku tidak ingin tetap berada di jalan lebih lama dari yang diperlukan."
Mereka masuk semakin jauh ke dalam Dras-Leona, meninggalkan pintu masuk yang kumuh. Saat mereka memasuki kawasan kota yang lebih kaya, Eragon bertanya-tanya dalam hati, Bagaimana orang-orang ini bisa hidup santai sementara penderitaan di sekitar mereka begitu mencolok?
Mereka menemukan penginapan di Golden Globe, murah tapi tidak kumuh. Ranjang sempit dijejalkan ke salah satu dinding ruangan, dengan meja yang berderit-derit dan baskom di sampingnya. Eragon memandang kasurnya dan berkata, "Aku tidur di lantai saja. Sepertinya ada cukup banyak kutu di sana untuk memakanku hidup-hidup."
"Well, aku tidak ingin mereka berpuasa," kata Brom, sambil menjatuhkan tas di kasur.
Eragon meletakkan tasnya di lantai dan mencabut busur. "Sekarang apa?" tanyanya.
"Kita cari makanan dan bir. Sesudah itu, tidur. Besok kita bisa mulai mencari Ra'zac." Sebelum mereka meninggalkan kamar, Brom memperingatkan, "Tidak peduli apa pun yang terjadi, pastikan lidahmu tetap terkendali. Kita harus segera pergi kalau ketahuan."
Makanan di penginapan tidak terlalu enak, tapi birnya luar biasa. Pada saat mereka terhuyung-huyung kembali ke kamar kepala Eragon terasa mendengung menyenangkan. Ia membuka gulungan selimut di lantai dan menyelinap ke baliknya sementara Brom mengempaskan diri ke ranjang.
Tepat sebelum Eragon tidur, ia menghubungi Saphira, akan berada di sini selama beberapa hari, tapi seharusnya tidak selama di Teirm. Sesudah kami mengetahui di mana Ra'zac berada, kau mungkin bisa membantu kami menghabisi mereka. Kita akan bicara lagi besok pagi. Sekarang aku tidak bisa berpikir jernih.
Kau mabuk-mabukan, terdengar pikiran bernada menuduh. Eragon mempertimbangkannya sejenak dan harus menyetujui bahwa Saphira benar sepenuhnya. Ketidak setujuan Saphira jelas, tapi Ia hanya mengatakan, Aku tidak akan iri padamu besok pagi.
Tidak, kata Eragon, tapi Brom pasti akan iri Ia minum dua kali lipat lebih banyak daripada diriku.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar