Eragon (Bab 32)
28 November
2013 pukul 20:20
TERPEROSOK
DI DRAS LEONA
Mereka makan
siang di Fasaloft, desa tepi danau yang ramai. Tempat itu sangat memesona,
terletak di bukit yang menghadap ke danau. Sewaktu mereka bersantap di ruang
umum losmen, Eragon mendengarkan gosip dengan teliti dan merasa lega karena
tidak mendengar omongan mengenai dirinya dan Saphira.
Jalan
setapaknya, sekarang melebar menjadi jalan biasa, selama dua hari terakhir
semakin lama semakin buruk. Roda kereta dan ladam kuda bagai bersekongkol
mencabik-cabik tanah, menjadikan banyak bagian jalan tidak bisa dilalui.
Peningkatan jumlah pengelana di jalan itu memaksa Saphira bersembunyi di siang
hari lalu menyusul Brom dan Eragon di malam hari.
Selama
berhari-hari mereka berjalan ke selatan di sepanjang tepi Danau Leona yang
luas. Eragon mulai merasa penasaran apakah mereka akan berhasil mengitari danau
itu, jadi ia merasa gembira sewaktu mereka bertemu orang yang mengatakan
Dras-Leona hanyalah satu hari perjalanan berkuda yang santai di depan mereka.
Eragon
terjaga pagi-pagi sekali keesokan harinya. Jemarinya bisa gatal karena
bersemangat saat memikirkan akhirnya ia menemukan Ra'zac. Kalian berdua harus
berhati-hati kata Saphira. Ra'zac mungkin memiliki mata-mata yang mengawasi
pengelana yang sesuai dengan deskripsi kalian.
Kami akan
berusaha sebaik-baiknya untuk tidak menarik perhatian, kata Eragon menenangkan
Saphira.
Saphira
menurunkan kepalanya, mereka beradu pandang. Mungkin, tapi sadarilah bahwa aku
tidak bisa melindungi dirimu seperti yang kulakukan terhadap para Urgal. Aku
akan terlalu jauh untuk bisa datang membantumu, dan aku tidak akan bertahan
lama di jalan-jalan sempit yang disukai jenismu. Ikuti pengarahan Brom dalam
perburuan ini ia handal.
Aku tahu,
kata Eragon serius.
Apakah kau
akan mengikuti Brom ke kaum Varden? begitu Ra'zac dibunuh, ia pasti ingin
membawamu menemui mereka dan karena Galbatorix pasti marah atas kematian
Ra'zac, mungkin itu tindakan teraman yang bisa kita lakukan.
Eragon
menggosok-gosok lengannya. Aku tidak ingin terus-terusan bertempur melawan
Kekaisaran seperti yang dilakukan kaum Varden. Kehidupan lebih daripada sekadar
perang tanpa henti. Akan ada waktu untuk mempertimbangkan hal itu. sesudah
Ra'zac mati. Jangan terlalu yakin, Saphira memperingatkan, lalu pergi
menyembunyikan diri hingga malam tiba.
Jalan
dipenuhi para petani yang membawa hasil bumi mereka ke pasar Dras-Leona. Brom
dan Eragon terpaksa melambatkan kuda dan menunggu kereta-kereta yang
menghalangi jalan.
Sekalipun
mereka melihat asap di kejauhan sebelum tengah hari, masih sekitar tiga mil
lagi sebelum kotanya terlihat jelas. Tidak seperti Teirm, kota yang terencana,
Dras-Leona hanyalah setumpuk kekacauan di samping Danau Leona. Berbagai
bangunan kumuh berdiri di jalan-jalan yang meliuk-liuk tak teratur, dan jantung
kota dikelilingi dinding kotor, kuning pucat akibat olesan lumpur.
Beberapa mil
di sebelah timur, pegunungan yang terdiri atas batu-batu gundul menjulang ke
langit dengan ujung-ujung yang seperti menara dan tiang, bagai kapal mimpi buruk
raksasa. Sisi-sisi yang nyaris vertikal mencuat dari tanah seperti sepotong
tulang bumi bergerigi.
Brom
menunjuk, "Itu yang disebut Helgrind. Itulah alasan Dras-Leona dulu
didirikan. Orang-orang terpesona pada bongkahan batu itu, walaupun bongkahan batu
itu tidak sehat dan jahat." Ia memberi isyarat ke berbagai bangunan di
balik dinding kota. "Kita harus ke tengah kota terlebih dulu."
Saat mereka
berjalan pelan di jalan ke Dras-Leona, Eragon melihat bangunan tertinggi dalam
kota itu adalah katedral
menjulang
dari balik dinding-dinding. Katedral itu sangat mirip Helgrind, terutama
sewaktu lengkungan dan menara-menaranya tertimpa cahaya. "Siapa yang
mereka puja?" tanyanya.
Brom
meringis jijik. "Doa mereka ditujukan pada Helgrind. Mereka mempraktikkan
agama yang kejam. Mereka meminum darah manusia dan memberi sesaji daging
manusia. Pendeta mereka sering cacat fisik karena mereka percaya semakin banyak
tulang dan daging yang kauberikan, semakin tipis ikatanmu dengan dunia fana.
Mereka menghabiskan banyak waktu untuk memperdebatkan mana di antara ketiga
puncak Helgrind yang tertinggi dan terpenting serta apakah puncak keempat yang
juga paling rendah harus dimasukkan dalam pemujaan mereka atau tidak." .
"Itu
mengerikan," kata Eragon, sambil menggigil.
"Ya,"
kata Brom muram, "tapi jangan mengatakan itu pada penganutnya. Kau akan
segera kehilangan satu tangan sebagai 'hukuman'."
Di gerbang
Dras-Leona yang luar biasa besar, mereka membimbing kuda-kuda melewati
gerombolan orang yang berjejalan. Sepuluh prajurit ditugaskan di kedua sisi
gerbang, mengamati keramaian dengan sikap biasa. Eragon dan Brom masuk ke kota
tanpa ada kejadian apa-apa.
Rumah-rumah
di balik dinding kota tinggi dan ramping sebagai kompensasi kurangnya ruang.
Rumah-rumah yang berada di samping dinding ditopangkan ke sana. Sebagian besar
rumah menjorok di atas jalan-jalan yang sempit dan berliku, menutupi langit
hingga sulit untuk mengatakan apakah saat itu siang atau malam. Nyaris semua
bangunan dibangun dari kayu cokelat kasar yang semakin menggelapkan kota. Udara
berbau busuk seperti selokan; jalan-jalannya kotor.
Sekelompok
anak kecil yang compang-camping berlari di sela rumah-rumah, berkelahi
memperebutkan sepotong roti. Beberapa pengemis cacat berjongkok di samping
gerbang utama, meminta uang. Jeritan minta tolong mereka seperti ratapan
orang-orang terkutuk. Kami bahkan tidak memperlakukan hewan seperti ini, pikir
Eragon, matanya membelalak marah.
"Aku
tidak mau tinggal di sini," katanya, tidak suka dengan pemandangan itu.
"Semakin
jauh nanti akan semakin baik," kata Brom. Sekarang ini kita perlu
menemukan penginapan dan menyusun strategi. Dras-Leona bisa menjadi tempat yang
berbahaya bahkan bagi orang yang paling hati-hati. Aku tidak ingin tetap berada
di jalan lebih lama dari yang diperlukan."
Mereka masuk
semakin jauh ke dalam Dras-Leona, meninggalkan pintu masuk yang kumuh. Saat
mereka memasuki kawasan kota yang lebih kaya, Eragon bertanya-tanya dalam hati,
Bagaimana orang-orang ini bisa hidup santai sementara penderitaan di sekitar
mereka begitu mencolok?
Mereka
menemukan penginapan di Golden Globe, murah tapi tidak kumuh. Ranjang sempit
dijejalkan ke salah satu dinding ruangan, dengan meja yang berderit-derit dan
baskom di sampingnya. Eragon memandang kasurnya dan berkata, "Aku tidur di
lantai saja. Sepertinya ada cukup banyak kutu di sana untuk memakanku
hidup-hidup."
"Well,
aku tidak ingin mereka berpuasa," kata Brom, sambil menjatuhkan tas di
kasur.
Eragon
meletakkan tasnya di lantai dan mencabut busur. "Sekarang apa?"
tanyanya.
"Kita
cari makanan dan bir. Sesudah itu, tidur. Besok kita bisa mulai mencari
Ra'zac." Sebelum mereka meninggalkan kamar, Brom memperingatkan,
"Tidak peduli apa pun yang terjadi, pastikan lidahmu tetap terkendali.
Kita harus segera pergi kalau ketahuan."
Makanan di penginapan
tidak terlalu enak, tapi birnya luar biasa. Pada saat mereka terhuyung-huyung
kembali ke kamar kepala Eragon terasa mendengung menyenangkan. Ia membuka
gulungan selimut di lantai dan menyelinap ke baliknya sementara Brom
mengempaskan diri ke ranjang.
Tepat
sebelum Eragon tidur, ia menghubungi Saphira, akan berada di sini selama
beberapa hari, tapi seharusnya tidak selama di Teirm. Sesudah kami mengetahui
di mana Ra'zac berada, kau mungkin bisa membantu kami menghabisi mereka. Kita
akan bicara lagi besok pagi. Sekarang aku tidak bisa berpikir jernih.
Kau
mabuk-mabukan, terdengar pikiran bernada menuduh. Eragon mempertimbangkannya
sejenak dan harus menyetujui bahwa Saphira benar sepenuhnya. Ketidak setujuan
Saphira jelas, tapi Ia hanya mengatakan, Aku tidak akan iri padamu besok pagi.
Tidak, kata
Eragon, tapi Brom pasti akan iri Ia minum dua kali lipat lebih banyak daripada
diriku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar