Sabtu, 18 Januari 2014

Eragon 33



Eragon (Bab 33)
28 November 2013 pukul 20:23
JEJAK MINYAK

Kenapa aku kemarin? Eragon bertanya-tanya keesokan paginya. Kepalanya terasa berdenyut-denyut hebat dan lidahnya terasa tebal dan kaku. Saat seekor tikus berlari melintasi lantai, Eragon mengernyit mendengar suaranya.
Bagaimana perasaanmu? tanya Saphira menyebalkan.
Eragon mengabaikannya.
Sesaat kemudian, Brom berguling turun dari ranjang sambil menggerutu. Ia menyiram kepalanya dengan air dingin dari baskom, lalu keluar kamar. Eragon mengikutinya ke lorong. "Kau mau ke mana?" tanyanya.
"Memulihkan diri."
"Aku ikut." Di bar, Eragon mendapati metode pemulihan Brom melibatkan konsumsi teh panas dan air es, dilengkapi brendi yang melimpah. Sewaktu mereka kembali ke kamar, Eragon mampu berpikir agak lebih baik.
Brom menyandang pedang dan meratakan kerut dari mantelnya. "Yang pertama perlu kita lakukan adalah bertanya secara tidak mencolok. Aku ingin mengetahui kemana minyak Seithr dikirim di Dras-Leona dan dari sana diantar ke mana. Kemungkinan besar, para prajurit atau pekerja terlibat dalam pengirimannya. Kita harus menemukan orang-orang itu dan membujuk salah satunya agar bersedia membuka mulut. 
Mereka meninggalkan Golden Globe dan mencari gudang tempat minyak Seithr mungkin dikirimkan. Di dekat Pusat Dras-Leona, jalan-jalan mulai menanjak ke istana dari granit licin. Istana itu dibangun di atas gundukan tanah hingga menjulang di atas semua bangunan kecuali katedral. 
Halamannya mosaik dari kulit kerang mutiara, dan beberapa bagian dindingnya dilapisi emas. Patung hitam berdiri dalam ceruk-ceruk, dengan dupa batang menyala di tangan mereka yang dingin. Para prajurit yang berjaga setiap empat meter mengawasi orang-orang yang lalu-lalang dengan tajam.
"Siapa Yang tinggal di sana?" tanya Eragon terpesona.
"Marcus Tabor, pemimpin kotaini. Ia bertanggung jawab hanya pada Raja dan hati nuraninya sendiri, yang akhir-akhir ini tidak begitu aktif," jawab Brom.
Mereka berjalan mengitari istana, memandang rumah-rumah yang mempunyai gerbang dan penuh hiasan yang mengelilinginya. Pada tengah hari mereka tidak mendapat apa pun yang berguna, jadi mereka berhenti untuk makan siang. "Kota ini terlalu luas untuk kita telusuri bersama," kata Brom. "Kita berpencar saja. Temui aku di Golden Globe saat senja." Ia memelototi Eragon dari bawah alis yang lebat. "Aku memercayaimu untuk tidak melakukan kebodohan apa pun."
"Tidak akan," kata Eragon berjanji. Brom memberinya sejumlah uang, lalu berjalan ke arah yang berlawanan.
Sepanjang sisa hari itu, Eragon berbicara dengan pemilik toko dan pekerja, mencoba bersikap seramah dan sememesona mungkin. Pertanyaan-pertanyaannya membawa dirinya menjelajahi kota dari ujung ke ujung dan kembali ke tempat semula. Tampaknya tidak ada yang tahu tentang minyak itu. Ke mana pun ia pergi, katedral bagai mengawasi dirinya. Mustahil menghindari menara-menaranya yang tinggi. Akhirnya ia menemukan seseorang yang pernah membantu mengirimkan minyak Seithr dan masih ingat ke gudang mana minyak itu dibawa. Eragon dengan penuh semangat pergi Untuk mengamati gudang itu, lalu kembali ke Golden Globe. Lebih dari satu jam kemudian Brom baru muncul, bahunya melosot kelelahan. "Ada yang kautemukan?" tanya Eragon.
Brom mengibaskan rambut ubanannya ke belakang. "Aku mendengar banyak hal menarik hari ini, salah satunya adalah Qalbatorix akan mengunjungi Dras-Leona minggu ini."
Apa?" seru Eragon.
Brom menyandar ke dinding, kerut-kerut di keningnya tampak semakin dalam. "Tampaknya Tabor terlalu mengobral kekuasaannya. Jadi Galbatorix memutuskan datang dan memberinya sedikit pelajaran tentang kerendahan hati. Ini pertama kalinya Raja meninggalkan Uru'baen setelah lebih dari sepuluh tahun."
"Menurutmu ia mengetahui tentang kita?" tanya Eragon.
"Tentu saja ia tahu, tapi aku yakin ia belum diberi tahu mengenai lokasi kita. Kalau ia sudah diberitahu, kita pasti telah berada dalam cengkeraman Ra'zac. Bagaimanapun juga, ini berarti apa pun yang akan kita lakukan terhadap Ra'zac harus dilakukan sebelum Galbatorix tiba. Kita tidak ingin berada dekat-dekat dirinya. Satu hal yang menguntungkan kita adalah kepastian bahwa Ra'zac ada di sini, mempersiapkan kedatangannya."
"Aku ingin menghabisi Ra'zac," kata Eragon, tinjunya mengepal, "tapi tidak kalau itu berarti harus berhadapan dengan Raja. Ia mungkin bisa mencabik-cabik diriku sampai hancur."
Komentar itu tampaknya menggelikan Brom. "Bagus sekali: kehati-hatian. Dan kau benar; kau tidak akan bertahan menghadapi Galbatorix. Sekarang katakan apa yang kauketahui hari ini. Mungkin bisa mengkonfirmasi apa yang kudengar."
Eragon mengangkat bahu. "Sebagian besar tidak penting, tapi aku sempat bercakap-cakap dengan orang yang mengetahui ke mana minyak itu dibawa. Hanya gudang tua. Selain itu, aku tidak menemukan apa pun yang berguna.
"Hariku sedikit lebih menghasilkan daripada harimu. Aku mendengar kabar yang sama seperti yang kau dengar, jadi aku pergi ke gudang dan bercakap-cakap dengan para pekerja di sana. Aku tidak perlu bersusah payah membujuk mereka untuk memberitahuku bahwa berpeti-peti minyak Seithr selalu dikirim dari gudang itu ke istana."
"Dan sesudah itu kau kembali kemari," kata Eragon menyelesaikannya.
"Tidak, tidak begitu! Jangan menyela. Sesudah itu, aku pergi ke istana dan berhasil mengusahakan agar diundang ketempat pelayan sebagai penghibur keliling. Selama beberapa jam dan berkeliaran di sana, menghibur para pelayan juga yang ia lakukan dengan lagu-lagu dan puisi-puisi dan sambil bertanya-tanya. perlahan-lahan mengisi pipanya dengan tembakau. "Benar-benar mengagumkan apa yang bisa diketahui para pelayan ini. Kau tahu salah satu bangsawan memiliki tiga gundik, dan mereka semua tinggal di bangsal yang sama di istana?" Ia menggeleng dan menyulut pipa. "Terlepas dari berita-berita sepele yang memesona, aku diberitahu, secara tidak sengaja, ke mana minyak itu dibawa dari istana."
"Yaitu...?" tannya Eragon. Eragon tidak sabar.
Brom mengisap pipanya dan mengembuskan cincin asap.
Keluar kota, tentu saja. Setiap bulan purnama dua budak
dikirim ke kaki Helgrind dengan membawa persediaan untuk sebulan. Setiap kali minyak Seithr tiba di Dras-Leona, mereka mengirimkannya juga bersama persediaan. Budak-budak itu tidak pernah terlihat lagi. Dan sewaktu ada yang mengikuti mereka, ia juga menghilang."
"Kukira para Penunggang sudah menghapus perbudakan,"
kata Eragon. "Sayangnya, perbudakan dimulai lagi di bawah kepemimpinan Raja."
"Jadi Ra'zac ada di Helgrind," kata Eragon, memikirkan gunung karang tersebut.
"Di sana atau di dekat tempat itu."
"Kalau mereka memang ada di Helgrind, mereka entah berada di dasarnya dan dilindungi pintu batu yang tebal atau jauh tinggi di atas tempat hanya tunggangan mereka, atau Saphira, yang bisa mencapainya. Puncak atau dasar, tempat perlindungan mereka tidak ragu lagi pasti disamarkan." Ia berpikir sejenak. "Kalau Saphira dan aku terbang mengitari Helgrind, Ra'zac pasti akan melihat kami belum lagi seluruh penduduk Dras-Leona."
"Itu memang jadi masalah," Brom menyetujui.
Eragon mengerutkan kening. "Bagaimana kalau kita menggantikan kedua budak itu? Bulan purnama tidak lama lagi. Kita akan mendapat kesempatan yang sempurna untuk mendekati Ra'zac."
Brom menarik-narik janggut sambil berpikir. "Tindakan itu Sangat berisiko. Kalau para budak itu dibunuh dari jarak jauh, kita akan mendapat masalah. Kita tidak bisa melukai Ra'zac kalau tak bisa melihat mereka."
"Kita tidak mengetahui apakah budak-budak itu benar-benar dibunuh," Eragon menukas.
"Aku yakin mereka dibunuh," kata Brom, wajahnya muram. Lalu matanya berkilau, dan ia mengembuskan cincin asap yang lain. "Sekalipun begitu, itu gagasan yang menarik. Kalau kita melakukannya sementara Saphira bersembunyi tidak dari tempat kita dan..." Brom tidak menyelesaikan kata-katanya "Mungkin bisa berhasil, tapi kita harus bergerak cepat. Dengan kedatangan Raja, tidak banyak waktu yang tersisa."
"Apakah sebaiknya kita pergi ke Helgrind dan melihat-lihat? Ada gunanya melihat-lihat medan di siang hari agar kita tidak terkejut kalau ada penyergapan," kata Eragon.
Brom mengusap tongkatnya. "Itu bisa dilakukan nanti. besok aku akan kembali ke istana dan memperkirakan bagaimana cara kita menggantikan para budak itu. Tapi aku harus berhati-hati agar tidak menimbulkan kecurigaan, samaranku bisa terungkap dengan mudah oleh mata-mata dan ajudan bangsawan yang mengetahui tentang Ra'zac."
"Aku tidak habis pikir; kita benar-benar menemukan mereka;' kata Eragon dengan suara pelan. Bayangan almarhum pamannya dan rumah pertanian yang hancur terbakar, melintas dalam benaknya. Rahangnya mengeras.
"Bagian tersulit belum tiba, tapi ya, kita sudah cukup berhasil," kata Brom. "Kalau keberuntungan tersenyum pada kita, tidak lama lagi kau bisa membalas dendam dan Varden akan kehilangan musuh yang berbahaya. Apa yang terjadi sesudah itu terserah padamu."
Eragon membuka pikirannya dan dengan gembira memberitahu Saphira, Kita menemukan sarang Ra'zac! Di mana?
Eragon dengan cepat menjelaskan apa yang mereka temukan
Helgrind, kata Saphira. Tempat yang cocok bagi mereka.
Eragon menyetujui. Sesudah urusan kita di sini selesai, mungkin kita bisa mengunjungi Carvahall.
Apa yang kauinginkan sebenarnya? tanya Saphira, tiba-tiba masam. Kembali ke kehidupanmu yang dulu? Kau tahu hal itu tidak akan terjadi, jadi berhentilah memikirkannya! Pada saat tertentu kau harus memutuskan untuk apa kau abdikan hidupmu. Apakah kau akan bersembunyi sepanjang sisa hidupmu, atau kau akan membantu kaum Varden? Hanya itu pilihan yang tersisa bagimu, kecuali kau bergabung dengan Galbatorix, yang tidak akan pernah kusetujui.
Dengan lembut, Eragon berkata, Kalau aku harus memilih, aku lebih baik menyerahkan nasibku pada kaum Varden, seperti yang kauketahui dengan baik.
Ya tapi terkadang kau harus mendengar dirimu sendiri mengatakannya. Saphira meninggalkan Eragon agar memikirkan kata-katanya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar